Minggu, 01 Januari 2012

Surau Masjid kecil dengan diriku


Sejak kecil aku sudah kenal dengan yang namanya. Surau atau lebih dikenal dengan nama Langgar (Jawa Tengah). Langgar atau Surau adalah tempat ibadah umat Islam yang merupakan rumah kecil terdiri satu buah ruangan kosong dan kadang ada sebuah mimbar kayu kecil.
Aku dengan teman-teman biasa bermain di Langgar, karena letaknya disebelah rumah keluarga. Warga sekitar kalau Sholat mereka ke Langgar tsb, terutama para mahasiswa yang kost dilingkungan kami.
Aku masih ingat salah satu penghuni kost namanya mas Imron, orangnya baik, senang bermain dengan anak-anak. Tidak hanya sekali aku dibelikan permen. Kesehariannya mas Imron kalau dikost biasa pakai sarung dan rajin beribadah. Diantara teman-teman mas Imron tidak ada satupun yang aku ingat namanya maupun wajahnya.
Memang mas Imron sajalah yang akrab dengan anak-anak.
Kadang aku diajak pergi naik sepeda kerumah temannya. Sekarang dia dimana aku tidak tahu. Aku kenal dia pada akhir tahun 5oan. Perkiraan umur dia sekitar 80an. Semoga dia diberi rahmat panjang umur dan sehat selalu.

Orang tuaku tinggal di rumah Madyotaman Solo, aku tidak tahu Madyotomo itu bergelar ningrat apa, Kanjeng Ngabei, Kanjeng Lurah, Kanjeng Bandoro, Kanjeng apa lagi ... aku tidak tahu. Yang jelas kalangan ningrat.
Sedangkan orang tuaku bukan siapa-siapa, orang biasa yang kebetulan jadi pegawai tinggi di Kantor Residen Surakarta sejak jaman Belanda. Dan setelah perang kemerdekaan beliau tidak lagi menjadi pegawai pemerintah tapi terus berdagang di Pasar Legi Solo. Beliau berdua (Ayah dan Ibu) disebut Juragan Bawang. Pada jaman itu semua bakul/pedagang di pasar Solo kenal dengan yang namanya Wiryo Bawang, beliau itulah urang tuaku.
Yang belanja diantaranya pengurus Rumah Tangga Keraton Kasunanan Surakarta.

Masa kecil yang bahagia dilingkungan keluarga ningrat dan lingkungan penganut agama Islam.
Ayahku keturunan Jawa-Bugis, ibuku keturunan Jawa-China.
Tapi beliau berdua mengaku orang Jawa.
Kakekku seorang Lurah Jaman Belanda dan beliau seorang Kiai yang dihormati.
Ibuku beragama Kristen, Ayahku sebelum kenal dengan ibuku sudah memeluk agama Kristen.
Jadi beliau berdua adalah beragama Kristen. Kesimpulannya, aku anak keturunan keluarga Kristen.

Karena aku terbiasa dilingkungan Islam, maka membentuk diriku untuk bisa menerima perbedaan. Naytanya aku bisa bermain dengan teman-teman non Kristen. Teman-teman Islam juga mau berteman dengan aku yang Kristen. Dalam perjalanan hidupku lebih banyak menyerap warna-warni kehidupan. Dalam pergaulan dengan bermacam suku, ras dan agama. Aku bersyukur karena aku bisa menjadi orang yang bisa hidup dalam keberagaman.
Walau aku fanatik dengan Agamaku, tapi aku bisa bergaul dengan siapa saja, dari agama apa saja, kalangan apa saja dan semuanya bisa dan mau.


















Gambar Surau
Sumber : http://kantongmedia.com/?p=767

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | Best Buy Printable Coupons